Menggali Harmoni Ilmu dan Budaya: Kuliah Tamu Bersama Nashrullah, M.A.
Banjarmasin – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin mengikuti kuliah tamu bertajuk “Integrasi Ilmu dan Kebudayaan” pada Selasa, 14 Februari 2023. Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui platform Zoom dan menghadirkan Nashrullah, M.A., seorang pakar antropologi dan kebudayaan dari Universitas Lambung Mangkurat, sebagai pembicara utama.
Kuliah tamu ini dibuka secara resmi oleh Dr. Noor Alfulaila, dosen senior Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari. Dalam sambutannya, Dr. Noor Alfulaila menekankan pentingnya memahami integrasi ilmu dengan kebudayaan sebagai landasan dalam membangun pendidikan berbasis nilai. Beliau juga mengungkapkan apresiasinya atas kesediaan Nashrullah, M.A. untuk berbagi ilmu dan wawasan kepada mahasiswa.
Nashrullah, M.A. membuka sesi dengan menjelaskan konsep dasar integrasi ilmu, yaitu menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan pemahaman holistik dalam memecahkan masalah. Beliau menekankan bahwa pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan, karena keduanya saling memengaruhi dalam membentuk karakter individu dan masyarakat.
“Ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus relevan dengan nilai-nilai budaya lokal,” ujar Nashrullah, M.A. Beliau menambahkan bahwa integrasi ini tidak hanya meningkatkan relevansi pembelajaran, tetapi juga memperkuat identitas budaya siswa sebagai bagian dari masyarakat.
Dalam paparannya, Nashrullah, M.A. menguraikan bagaimana kebudayaan dapat menjadi sumber inspirasi untuk pembelajaran. Beliau memberikan contoh penggunaan tradisi lokal, seperti seni dan adat istiadat, sebagai bahan ajar yang dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. “Ketika siswa merasa terhubung dengan apa yang mereka pelajari, motivasi dan pemahaman mereka akan meningkat,” jelasnya.
Salah satu topik menarik yang dibahas adalah peran guru dalam mengintegrasikan ilmu dengan budaya. Nashrullah, M.A. menegaskan bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang budaya lokal agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang relevan dan bermakna. “Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga mediator antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan,” katanya.
Pada sesi diskusi, Nashrullah, M.A. mengajak mahasiswa untuk berbagi pandangan mereka tentang tantangan yang dihadapi dalam menerapkan integrasi ilmu dan budaya di kelas. Mahasiswa menyampaikan berbagai kendala, seperti kurangnya bahan ajar berbasis budaya dan keterbatasan pemahaman guru tentang kearifan lokal. Menanggapi hal ini, Nashrullah, M.A. memberikan beberapa strategi praktis, seperti melakukan kolaborasi dengan masyarakat setempat untuk mengembangkan bahan ajar berbasis budaya.
Mahasiswa juga diajak untuk mempraktikkan konsep integrasi ilmu dengan budaya melalui simulasi. Dalam simulasi ini, mahasiswa diminta untuk merancang rencana pembelajaran yang menggabungkan nilai-nilai budaya lokal dengan materi pelajaran. Salah satu kelompok mempresentasikan ide pembelajaran IPA dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti “tikar anyaman” untuk menjelaskan konsep geometri.
Selain itu, Nashrullah, M.A. juga menyinggung pentingnya memperkenalkan globalisasi dalam konteks budaya lokal. Beliau menyarankan agar siswa tidak hanya memahami budaya mereka sendiri, tetapi juga mampu menghargai budaya lain. “Pendidikan berbasis integrasi ilmu dan budaya harus menanamkan nilai toleransi dan keterbukaan,” ujarnya.
Sesi tanya jawab berlangsung dengan antusias, di mana mahasiswa mengajukan pertanyaan seputar penerapan praktis integrasi ilmu dan budaya dalam kurikulum sekolah. Salah satu pertanyaan menarik datang dari seorang mahasiswa yang bertanya tentang bagaimana mengatasi konflik antara nilai budaya lokal dan ilmu pengetahuan modern. Nashrullah, M.A. menjawab bahwa dialog dan adaptasi adalah kunci untuk menjembatani perbedaan tersebut.
Di akhir acara, Nashrullah, M.A. memberikan pesan kepada mahasiswa untuk terus belajar dan menggali potensi integrasi ilmu dengan kebudayaan. Beliau juga mengapresiasi semangat mahasiswa PGMI dalam mendiskusikan topik yang sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini. “Jangan pernah berhenti belajar, karena ilmu pengetahuan dan budaya adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi,” pesannya.
Kuliah tamu ini diakhiri dengan penutupan oleh Dr. Noor Alfulaila, yang menyampaikan rasa terima kasih kepada Nashrullah, M.A. atas ilmu dan wawasan yang telah dibagikan. Beliau juga mengapresiasi keaktifan mahasiswa selama kegiatan berlangsung.
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tamu ini merasa sangat terbantu dalam memahami bagaimana mengintegrasikan ilmu dengan budaya dalam proses pembelajaran. Salah satu mahasiswa, Ahmad Fauzi, mengungkapkan bahwa materi yang disampaikan sangat inspiratif dan memberinya ide baru untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Melalui kegiatan ini, Program Studi PGMI UIN Antasari Banjarmasin terus berkomitmen untuk memberikan pengalaman belajar yang mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa, khususnya dalam memahami dan menerapkan integrasi ilmu dengan budaya. Semoga kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan untuk memperkaya wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan.