
FGD Pengantar Laboratorium Sains: Mengintegrasikan Islam-Sains, Berbasis Potensi Lokal dengan Teknologi Augmented Reality
Banjarmasin – Dalam rangka memperkuat pemahaman sains yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, UIN Antasari Banjarmasin mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Pengantar Laboratorium Sains: Terintegrasi Islam-Sains, Berbasis Potensi Lokal, Berbantuan Teknologi Augmented Reality”. Acara ini berlangsung pada Sabtu, 25 September 2021, secara daring via zoom dan dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta para praktisi pendidikan.

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Dr. Hairul Hudaya, M.Ag yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya inovasi dalam pendidikan sains. Beliau menekankan bahwa integrasi antara sains dan Islam dapat memberikan wawasan baru dalam memahami alam semesta dan penciptaan, serta mendorong pengembangan potensi lokal dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Sebagai moderator, Irma Rahmawati, dosen PGMI, memandu jalannya diskusi dengan interaktif. Tim peneliti utama, Meyninda Destiara, dosen PGMI UIN Antasari sebagai ketua penelitian, menyampaikan materi tentang konsep laboratorium sains yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan potensi lokal dan teknologi augmented reality. Selain itu juga ada anggota penelitian lainnya, Suryandari, M.Pd dan Helda Rahmawati, M.Pd. Kegiatan ini juga menghadirkan Surwito Singgih, M.Pd dari Universitas Tidar sebagai narasumber.
Dalam presentasinya, Meyninda Destiara menjelaskan bahwa laboratorium sains berbasis integrasi Islam-sains dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan antara ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai agama. Beliau menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan sains yang mencakup aspek spiritual, moral, dan ilmiah.
Meyninda juga memaparkan bagaimana potensi lokal dapat dioptimalkan dalam pengembangan laboratorium sains. Beliau memberikan contoh-contoh konkret tentang bagaimana sumber daya lokal di Kalimantan Selatan dapat digunakan sebagai bahan ajar dan penelitian dalam laboratorium sains.
Teknologi Augmented reality, menurut Singgih, dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep sains. Beliau menjelaskan bahwa dengan teknologi ini, siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan imersif, sehingga meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mempelajari sains.
Diskusi berlanjut dengan pembahasan tentang tantangan dan peluang dalam implementasi laboratorium sains berbasis integrasi Islam-sains dan teknologi virtual reality. Beberapa peserta mengungkapkan tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan sumber daya dan infrastruktur.
Meyninda memberikan solusi dan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, termasuk pentingnya kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan industri. Beliau juga menekankan peran dosen dan guru dalam mendukung pengembangan laboratorium sains yang inovatif dan kontekstual.
Peserta juga diajak untuk berdiskusi tentang bagaimana integrasi Islam-sains dapat memperkuat identitas keagamaan dan ilmiah siswa. Diskusi ini menghasilkan berbagai ide dan rekomendasi untuk pengembangan program laboratorium sains yang lebih baik.
Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk berbagi pengalaman dan best practices dalam mengembangkan laboratorium sains. Beberapa peserta menyampaikan pengalaman mereka dalam mengimplementasikan teknologi virtual reality dalam pembelajaran sains dan hasil positif yang mereka peroleh.
Selain itu, peserta juga diajak untuk merancang proyek kecil yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam-sains dengan teknologi virtual reality. Proyek ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan lokal.
Acara diakhiri dengan kesimpulan dan rencana tindak lanjut. Dr. Noor Alfulaila, M.Pd menyampaikan bahwa hasil dari diskusi ini akan menjadi dasar untuk pengembangan laboratorium sains di UIN Antasari. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada semua peserta yang telah berkontribusi dalam diskusi ini.
Sebagai tanda keikutsertaan, peserta menerima e-sertifikat dan materi diskusi dalam bentuk file yang dapat digunakan sebagai referensi. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan laboratorium sains yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dan teknologi.
Dengan adanya program laboratorium sains berbasis integrasi Islam-sains dan teknologi virtual reality, diharapkan siswa dapat lebih memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dengan baik, serta mampu menciptakan inovasi yang relevan dengan kebutuhan lokal. Semoga kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi dunia pendidikan dan masyarakat.
Kolaborasi antara UIN Antasari dan berbagai pihak dalam penyelenggaraan FGD ini menjadi langkah nyata dalam mendukung pengembangan laboratorium sains yang inovatif dan berkelanjutan. Semoga hasil dari kegiatan ini dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan dan masyarakat.